Me and my days

Cerita Emphy

Saya suka menulis

Hellooo... Welcome to Rhevy Sylvia's Blog... Don't Forget to follow and leave comment yahhhh :D

Selasa, 20 April 2010

IKHLAS DAN LEPASKAN

Ini adalah sambungan dari notes sebelumnya. Setelah aku bangkit dari rasa keterpurukan yang menyakitkan. Teruntuk seseorang disana...


-----------------------------------------------------


Dimataku, ia sosok pria yang baik, supel, menarik, dan cool. Berawal dari persahabatan, berlanjut dengan rasa ketergantungan. Setelah itu muncul rasa kekosongan yang menyengat jika salah satu tiada. Lama-lama tumbuh menjadi rasa suka dan sayang, dan akhirnya pasrah mengikuti panggilan cinta.
Yang aku tahu sekarang adalah aku ingin menjalani hari-hari yang menyenangkan dengannya. Dulu dia berulang kali menanyakan tentang keputusanku untuk tetap pergi berlalu meninggalkan dia. " Kamu sudah yakin dengan keputusan mu ini kan Rhe? " Aku menjawab ringan, "iya".

Hari-hari berjalan cepat. Tak terasa hampir tiga tahun ia menantiku dan saat itu kami hanya berteman saja. Sekarang aku mulai meyakini, aku benar-benar mencintai nya. Benar-benar tak mau kehilangan dirinya. Hingga akhirnya ia beberapa waktu lalu mengatakan padaku bahwa ia akan menikah. Jantungku mendadak kencang saat mendengar kata-kata itu.
Sejak malam itu pertemuan kami adalah saat-saat menyenangkan untuk ku dan mungkin tidak baginya. Topik yang dibicarakan selalu seputar ia mau menikah dan keterlambatan penyesalanku dan berakhir dengan pertengakaran kecil antara kami. Airmataku jatuh perlahan. Setiap pertemuan bagai hari terakhir untukku. Begitu berat melepaskannya.

Aku memilih untuk tidak mau tahu kapan hari pernikahannya itu dan memutuskan untuk berpura-pura tak ada. Tapi semakin aku memungkiri, semakin aku lari dari kenyataan. Semakin aku lari dari kenyataan, semakin tersiksa dan gelisah diriku.

Akhirnya suatu malam aku memberanikan diri untuk bertanya. " kapan harinya tiba?". Ku fikir hal ini mau tak mau harus dihadapi. Seperih apapun! Akhirnya ia menyebut bulannya, bulan Juli. Kulingkari bulan itu di kalenderku, ku tutup dengan spidol hitam pekat sehingga tak terlihat lagi. Tapi tanda hitam itu makin jelas terlihat setiap kali bulan berganti. Oh Tuhan, kalau tahu begini sakitnya, lebih baik aku tidak mencoba dari awal.

Hari-hari terakhir aku menjauhinya, membolak-balikkan pikiranku sendiri dalam perenungan. Orang bilang "If u really love someone, u have to learn to let him go". Aku mencoba sharing pada beberapa sahabat. Banyak masukan yang ku dapat. Bahwa cinta itu tidak boleh egois. Ada yang mengirimkan SMS kalimat yang bermakna "justru makin dekat dengan apa yang kita takutkan, anehnya kita bisa menemukan titik pasrah". Aku harus mengerti kebutuhannya untuk segera menikah ; aku belajar pasrah.
Aku kembali menjumpainya setelah aku mendapatkan kekuatan baru. Betapa rasa kanget terlihat jelas dimata kami saat itu.

Laju waktu benar-benar tak dapat dicegah. Bulan yang hanya tampak hitam oleh spidol di kalenderku datang juga akhirnya. Berkat support dari beberapa sahabat, aku mampu menghadiri senyum yang ikhlas. Segala keegoisan menguap, berganti dengan rasa sayang yang tulus. Aku benar-benar mengerti mengapa ia harus menikah.

Aku terus berdoa dan belajar memahami hidup. Memang tidak mudah, tapi hidup tak terus-menerus memberikan yang terindah. Seringkali hidup menawarkan keperihan. Bila itu memang yang terjadi, hadapi dengan senyum dan hati seluas angkasa. Maka semua akan menjadi baik-baik saja.


Disalah satu warnet favoritku,

19 April 2010, Pkl : 14.00 WIB

By: "RS"

Tidak ada komentar: