Me and my days

Cerita Emphy

Saya suka menulis

Hellooo... Welcome to Rhevy Sylvia's Blog... Don't Forget to follow and leave comment yahhhh :D

Selasa, 13 April 2010

TERLAMBATNYA SEBUAH PENYESALAN

Kata orang bila ada seseorang yang benar-benar mencintai kita dengan sungguh-sungguh, tapi kita tidak melihat itu semua,. Namun bila seseorang itu sudah berlalu, maka kita akan merasa kehilangan dan merindukan sosok hadirnya. Tadinya aku pikir cerita seperti itu hanya terjadi dalam sinetron atau drama-drama korea yang sering ku tonton. Tapi kenyataannya aku mengalaminya juga.

Setelah kepergiannya, tidak sedikitpun aku bisa melupakan dia. Kenangan-kenangan tentang nya terus mencuat ke permukaan kerinduan yang menyakitkan. Hari-hari ku hanya berlalu begitu menyakitkan untuk menyesali kepergiannya.
Hidup dalam penyesalan membuat ku akhirnya resmi menjadi seorang menarik diri. Yah, aku membenamkan diri dalam kesendirian. Aku hanya ingin menyibukkan pikiran karena dengan begitu aku bisa mengalihkan pikiran dari kenangan-kenangan yang rasanya selalu menyeruak dan selalu menghimpit aku setiap saat.

Saat itu aku mencari nama-nama di daftar kontak yang kira-kira bisa di ajak jalan saat weekend. Jadi saat itu aku berhenti memencet tombol HP ketika sebuah nama muncul di layar. Aufa Rahman (Nama Samaran). Aku jadi bimbang, telpon-nggak, telpon-nggak, telpon, Ya telpon. Tapi kalau aku telpon, masih maukah ia menjawab telpon ku, setelah apa yang aku perbuat terhadapnya?

Aufa adalah seorang cowok yang baik hati nya. Yang muncul dihadapanku disaat aku sedang dilanda kesedihan dan frustasi ketika pacarku meninggal kan aku tanpa kabar dan keputusan. Dan terlebih ia dari dul sudah mencintaiku sejak aku menjalin hubungan dengan pacar ku dahulu. Dia selalu menunggu ku tanpa letih nya. Meskipun tanpa aku sadari kehadiran Aufa sempat menjadi bagian dari hari-hari kelabuku. Tapi apalah daya, saat itu aku sedang terluka. Apalagi saat kepergiaan pacarku yang tak meninggal kan berita dan keputusan. Aku mengatakan padanya, "aku tidak bisa menerima apa yang kamu tawarkan. tidak untuk saat ini dan entah sampai kapan".
Ada kesedihan dalam sorot matanya dan sejak saat itu dia tidak pernah lagi menghubungi saya se intense dulu. Meskipun kadang-kadang setiap aku mengajak nya bertemu hanya untuk sekedar ngopi bareng, ia masih mau menemuiku. Aku tahu ia masih menyimpan rasa itu persis seperti dulu. Aufa adalah seorang pria yang mampu menerimaku dengan segala kekurangan dan keterbatasanku, dan aku tahu itu. Tulus nya ia menyayangi aku.

Sungguh sangat sakit hati nya melihat aku masih menjalin hubungan dengan pacarku yang tiba-tiba kembali lagi.

Mengingat hal itu membuat hatiku ciut. Bagaimana jika ia membenciku? Ah, tapi kalau tidak di coba mana ku tahu? Lagi pula yang paling parah, yang bisa terjadi mungkin aku akan kena damprat, dan aku siap menerima dampratannya. Aku memencet tombol call dan menunggu nada sambung. Tapi seketika tubuhku menjadi kaku, saat mendengar suaranya diseberang. Dia menjawab telpon ku!.
Hari itu ia benar-benar minim kata, alias lebih banyak berdiam diri.
Hingga akhirnya ia berkata lirih, "Aku akan segera menikah". Tengorokan ku mendadak kering. Aku hanya bisa terdiam tanpa mampu mengeluarkan sepatah kata pun.
Tiba-tiba ada yang mengalir dari sudut mata ku, mengalir deras dan terasa hangat.

------------------------------------------------

Hari ini, ketika aku menulis tulisan ini, adalah hari dimana Aufa berangkat menuju hati yang baru. Kata-katanya ditelpon masih terngiang-ngiang di telingaku.

"Kamu sudah pernah mengatakan alasan kamu pergi dari cintaku dulu. Aku mencoba mengira-ngira sendiri alasannya. Patah hati? Ya kamu memang patah hati saat itu. Tapi ku katakan padamu, aku akan selalu menunggu mu. Orang tua ku? Ya orang tua ku sudah sangat ingin melihat ku membawa seseorang yang ku sayang untuk berkenalan dengan mereka. Tapi kamu tidak sedikit pun memperdulikannya. Mungkin kamu mengira aku ini hanyalah seorang yang tidak serius keliatannya. Tapi tidak, aku sangat mencintaimu. Sekarang aku sudah mempunyai tambatan hati. kemana kamu saat aku butuhkan dulu? mengapa kamu datang sekarang disaat aku sedang bersamanya? Aku katakan kepadamu, aku sudah mengalami hal yang terburuk. Dan jika kamu saat itu menahanku, aku akan membatalkan semuanya dulu saat aku masih menunggu kamu".

Aku ingin menahan nya sekarang? tapi apa yang ku dapatkan hanyalah sebuah kesia-siaan. Menahan nya untuk memberiku kesempatan belajar mencintainya. Rasa nya ada orang lain yang lebih bisa mencintainya dibanding aku. Yang aku tahu, dia pantas mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik.

Rasanya salah jika ia harus mengorbankan masa depannya. Demi apa? Demi aku? yang benar saja!. Terlebih setelah apa yang kau lakukan padanya. Aku sudah melukainya. Aku hanya bisa mengatakan maaf. Ya, maaf kan aku. Aku hanya berharap ia mendapatkan kehidupan yang lebih baik. I wish him the best is him life.

Menyesal? ya, aku sangat menyesalinya. sekarang lengkaplah sudah aku menjadi seorang jomblowati. Seperti kata beberapa sahabatku, "jangan terus-terusan hidup dalam penyesalan. Nikmati hidup ini selagi masih bisa. Ngejomblo? Enjoy aja! itu terserah kamu".

Hari-hari genting ini terus menghantuiku. Sedikit lagi waktu mu akan bersamanya selamanya. Aku tahu, apabila kamu masih menjadi hak ku, kamu akan kembali untuk ku. Dan aku sangat berharap itu. Tak henti-henti nya aku berdoa, agar apa yang aku inginkan di kabul kan oleh - Nya, Amin.

Kamu masih mencintaiku, tapi kamu ga bisa memutuskan antara dua keluarga yang akan terjalin ini. Aku mengerti maksud mu itu. Aku memang salah, dulu disaat kamu butuh aku, aku melepaskan mu demi seorang yang ternyata juga bukan yang terbaik untuk ku. Sekarang disaat aku membutuhkan mu, kamu telah menjalin hubungan serius dengan orang lain.

Maaf kan aku, baru kembali sekarang.

Maaf kan aku, jika rasa ini masih tersimpan dihati sampai sekarang...

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Teruntuk seseorang yang menghadirkan definisi penyesalan dan kehilangan.
"AR"





Tidak ada komentar: